Laman

Sabtu, 17 September 2016

Proses Kreatif "Benny Rachmadi"-Nobertus Mario Baskoro (00000013063) [REVISI]

PROSES KREATIF
Benny Rachmadi

Dibalik karya-karyanya yang menarik dan menghibur, ternyata ada teknik-teknik cerdas Pak Benny dalam memperoleh ide-ide kreatifnya yang patut kita ketahui. Ada proses menarik bagaimana dia membuat karya-karyanya begitu simpel dan tidak muluk-muluk, tetapi tetap menghasilkan kajian yang luar biasa unik dan keren. Dan hal tersebutpun tidak beliau lalui sendiri, melainkan bersama dengan sahabatnya, Muhammad Misrad alias Mice.
Begitulah ciri khas kartun Pak Benny dan Pak Mice yang bisa kita lihat. Ada sesuatu dalam karya mereka yang jarang atau bahkan tidak akan ditemui dalam karya-karya orang lain. Apa itu ? Yakni bahan/materi utama yang mereka gunakan dalam karya mereka adalah hal-hal yang paling dekat dengan mereka. Ditambah lagi hal tersebut begitu tersaji dengan apiknya serta begitu dinikmati dengan mantapnya oleh para pembaca. Semua ide kreatif Pak Benny didapatkan dari hal-hal apa saja yang ada dan yang terjadi di kehidupannya. Dan hal-hal itu juga adalah fenomena yang paling dekat dengan mereka. Mereka berdua terus menangkap dan mengumpulkan hal-hal yang unik dan menarik yang ada disekitar mereka, dan menyajikannya dengan 'gaya' dan kreatifitas mereka sendiri.
Dalam menggarap satu tema, Pak Benny tidak harus selalu ‘merapatkan ide’. Ide Pak Benny bahkan tak jarang muncul secara tidak sengaja. Misalnya, saat jalan-jalan di mal, melihat gaya berpakaian anak-anak sekolah. Dari situ dapat memunculkan ide membuat cerita tentang fashion yang sedang digemari kalangan anak muda.
Ada salah satu proses kreatif mereka yang cukup menarik untuk dilirik. Yaitu sebuah proses kreatif atas inspirasi yang datang dari salah seorang teman mahasiswa mereka, yang memiliki kelakukan yang membuat geleng-geleng kepala. Dia mahasiswa yang gemar terlibat dalam berbagai komunitas. Tetapi apa yang dia jadikan sebagai modal dalam masuk ke komunitas tersebut ? Omdo alias omong doang jawabannya. Akhirnya, ide datang dari situ. Benny dan tanpa ragu lantas menjadikan dia sebagai topik utama kartun mereka.
Ada juga salah satu buku mereka yang begitu berhasil memancing setumpuk perhatian dari para penggemar mereka. Buku yang diterbitkan pada Januari 2008 tersebut, berjudul Lagak Jakarta: 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta. Apa yang terlintas dibenak kalian saat mendengar judulnya ? Anda pasti akan berpikir bahwa sumber ide dan insprasi buku tersebut didominasi oleh tokoh-tokoh ibukota nan ternal dan berkuasa, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, atau artis-artis Ibukota.
Setelah kalian membaca bukunya, anda akan mengetahui bahwa hal itu adalah salah besar. Justru sosok-sosok sederhana seperti para korban banjir, tukang ojek, nenek-nenek pengajian, pedagang kerak telor, preman, timer, banci lampu merah, hansip, pengurus kuburan, maling besi, penjual VCD bajakan, kucing kampung, sampai seorang pengemis dan penipu yang menggunakan akal cerdik demi mendapatkan uang lah yang menjadi sumber topik karyanya yang satu ini. Jadi begitulah Pak Benny.
Tidak perlu ada observasi, tidak perlu ada workshop dan segala macam. Satu-satunya cara bagaimana dia menciptakan semua buah-buah kekreatifannya yakni hanya pengamatan semata ! Pengamatan 'asal-asalan' terhadap fenomena-fenomena yang ada di dekatnya. Dengan cerdasnya, Benny dan Mice mengungkap sisi yang sebenarnya dari tokoh-tokoh paling realistis yang meyemarakan kota Jakarta. Tengoklah sudut-sudut kota Jakarta maka tokoh-tokoh tersebut dengan mudahnya kita temui, seperti VCD bajakan yang dijual bebas di emperan, heboh audisi Indonesian Idol, busway, kemacetan, dan masih banyak lagi.
Selain melakukan pengamatan, Benny dan Mice juga menyusun karya mereka dengan berlandaskan kritik. Hal-hal apa saja yang mereka kritik juga tidak jauh-jauh dari kehidupan mereka. Apa saja hal yang aneh yang ada didekat mereka, langsung mereka turutsertakan dalam daftar kritikan mereka. Dan lagi-lagi, ide-ide tersebut berhasil mereka sajikan dalam bentuk yang apik, kreatif, menarik dan menghibur. Salah satu contohnya yang menarik ialah kritik Pak Benny dan Mice terhadap budaya latah yang semakin mewabah. Saat itu, Pak Benny & Mice mendapatkan ide kreatif mereka dari kehidupan mereka sendiri yang saat itu sebagai pelayan di toko handphone. Suatu hari, ada perempuan cantik datang berniat membeli HP mewah. Bukannya menawarkan HP mahal, mereka justru bertanya, kenapa beli HP sampai Rp 7 juta kalau kebutuhannya hanya telepon dan SMS? Calon pembeli itu pergi dengan kesal dan pemilik toko memecat pak Benny & Mice.
Selain menciptakan hiburan tersendiri, kritik-kritik mereka juga cukup menciptakan dampak positif yang tidak main-main. Siapa saja yang membaca karya-karya mereka, pasti akan timbul ‘kesadaran’ tersendiri bahwa mereka ternyata juga adalah bagian dari kritik mereka, dan akhirnya kemungkinan mereka untuk ‘berubah menjadi lebih baik’ akan semakin lebih besar. Bayangkan, proses memperoleh ide kreatif yang begitu sederhana, tenyata bisa berujung dampak yang begitu bisa diperhitungkan.    
Satu hal yang turut menambah daftar keunikan karya-karya Pak Benny adalah pemilihan tokoh atau karakter yang mereka libatkan. Dalam pemilihan tokoh, mereka menggunakan cara yang tidak biasa tetapi tetap sederhana dan pastinya kreatif. Bagaimana caranya ? Mereka menggambar diri Pak Benny sendiri ! Ya, beliau menjadikan 'versi kartun' dari dirinya sendiri sebagai tokoh utama dalam buku-bukunya. Begitu juga dengan Pak Misrad, beliau juga melakukan demikian. Alhasil, dikenalah dua karakter kocak yang selalu bersama-sama, yang hingga sekarang kita kenal sebagai Benny & Mice.  





Rabu, 14 September 2016

Astried khiesnandia 00000012717



                     CREATIVE WRITING
Nama : Astried Khiesnandia
Nim   : 00000012717

 Risa Saraswati adalah penyanyi sekaligus penulis berkebangsaan Indonesia. Risa dikenal dengan kemampuan supranaturalnya yang mampu berkomunikasi dengan makhluk gaib. Salah satu judul album dari Risa Saraswati adalah “story of peter”. Dan salah satu buku yang di tulis dari Risa Saraswati adalah “Danur” yang artinya cairan yang keluar dari jasad seseorang yang sudah meninggal. Risa Saraswati menuliskan novel ini terinspirasi dari kehidupan nyata yaitu kehidupan dirinya sendiri. Karena Risa memiliki kelebihan yang diberikan oleh tuhan yaitu indra ke enam. Cerita di buku ini di mulai dari Risa bertemu dengan 5 sahabatnya yaitu Peter, William, Hans, Hendrick dan si ompong Janshen. Sebelumnya Risa mengira mereka adalah sekelompok anak lelaki dari kompleks sebelah, hingga akhirnya ada sebuah kejadian yang membuat Risa menyadari bahwa mereka adalah mahkluk yang luar biasa yang berbeda dimensi dari dirinya. Risa sering sekali di bilang aneh oleh kawan kaannya saat kecil. Tetapi dari pengalaman itulah Risa terinspirasi dan menulis banyak sekali karya yang tidak hanya di tuahkan di sebuah musik tetapi juga ia tuahkan di sebuah tulisan yang mampu menyihir para pembaca akibat pengalaman pengalaman pribadi yang sangatlah mengesankan. Risa sangat terinspirasi dari teman temannya tersebut. Tetapi Risa tidak asal menuliskan pengalamannya ke sebuah buku, tetapi ia harus bertanya apakah ada sebuah kisah yang tidak boleh untuk diceritakan, jika ada maka Risa tidak akan menuliskan semuanya tentang teman temannya itu. Setiap kali Risa menulis, teman temannya selalu ada dan ikut memperhatikan Risa. Dan Risa pun sambil bertanya karna jika ada yang seharusnya tidak di tulis tetapi tertulis oleh Risa mereka teman teman Risa pasti akan mengingatkannya. Karna Risa juga tidak mau teman temannya itu marah ataupun kecewa terhadap Risa. Sebenarnya sebelum Risa menerima tawaran untuk menulis buku tentang pengalamannya ini Risa juga meminta izin kepada teman temannya, dan mereka pun setuju asalkan buku ini tidak di filmkan teman teman Risa setuju. Karna jika di filmkan teman teman Risa berkata “jika kisah kami di filmkan itu hanya mengulang rasa sakit kami setiap kami melihat film itu ketika di putar” Dari situlah buku buku yang di keluarkan olah Risa Saraswati tidak pernah sekalipun di buat layar lebar karna itu tadi Risa tidak mau membuat temannya merasa sedih. Risa sangatlah berhati hati dalam menulis karna Risa tidak mau temannya merasa rahasianya di ketahui olah banyak orang dari sebuah tulisannya. Sejak buku yang Risa tulis dan dicetak sangatlah laku teman teman Risa pun menjadi jarang sekali datang dan Risa pun menjadi sangat sibuk dan tidak pernah ada waktu luang di tambah Risa sudah sangat dewasa dan kebutuhan serta kegiatannya pun bertambah sedangkan teman teman Risa tidak ia tidak pernah tumbuh sebab ia hanyalah makluh halusyang tak mungkin lagi bertambah besar ataupun dewasa. Mereka hanya datang dan mengajak Risa untuk bermain sedangkan Risa sibuk untuk menulis dan sedang asik dengan karyanya. Sejak saat itulah Risa dan teman temannya agak sedikit renggang tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya Risa meminta maaf  karna Risa telah egois untuk tidak meluangkan waktunya untuk mereka. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya teman teman Risa mulai mengerti akan Risa yang berbeda seperti dulu, bukan karena berbeda sikap atau berbeda dengan teman teman Risa tetapi berbeda kegiatan Risa lebih banyak waktu di luar rumah dibandingkan di rumah bersama teman temannya. Tetapi Risa tetap menjalankan hubungan baik dengan teman temannya. Dan Risa pun tetap berkarya di sebuah tulisan maupun sebuah lagu/musik yang beriringan dengan teman teman Risa yang tak tampak oleh siapapun kecuali Risa.
Berikut adalah cover dari buku “Danur” :

Hasil gambar untuk risa saraswati
Ini adalah cover depan dari novel “Danur” tersebut. Dilihat jelas sekali bahwa Risa memakai baju sekolah dasar dan teman temannya ada yang duduk di sampingnya dan ada pula berdiri di atas Risa dengan pakaian dan wajah yang terlihat sangatlah lusuh dengan wajah yang terlihat putih pucat.



Hasil gambar untuk risa saraswati 
Dan ini adalah cover depan sekaligus cover depan dari novel “Danur”

IDENTITAS NOVEL “DANUR”
·         Judul buku           : Danur
·         Nama pengarang : Risa Saraswati
·         Penerbit                : Kawah media
·         Kota terbit            : Jakarta
·         Tahun terbit          : 2012
·         Jumlah halaman   : 216 halaman

      Saya sangatlah terinspirasi oleh Risa karena dengan pengalaman yang Risa buat dengan begitu sangat menarik dapat membuat sang pembaca sangatlah tersihir dengan apa yang di ceritakan dan di tuangkan di dalam karangannya. Saya berharap saya dapat menuliskan karangan saya melalui pengalaman saya,dan saya yakin itu bukanlah hal yang mudah tetapi dengan keyakinan yang saya miliki saya dapat dan saya mampu seperti Risa Saraswati. Semoga harapan dan impian saya menjadi seorang penulis seperti Risa Saraswati dapat tercapai seiring usaha yang saya lakukan

Senin, 05 September 2016

Alexander Matthew - 00000012838 (REVISI)

PROSES KREATIF RADITYA DIKA           

 Siapa yang tidak kenal dengan Raditya Dika? Penulis muda yang sudah sukses dalam hal menulis novel dan terlebih mengangkat novel tersebut menjadi film layar lebar. Raditya Dika memiliki nama lengkap yaitu Raditya Dika Angkasa Putra Moerwani,  lahir di Jakarta 28 Desember 1984. Dengan memiliki pekerjaan sebagai aktor, penulis, komedian, dan baru – baru ini kita dapat mengetahuinya dia sebagai sutradara film. Baik filmnya yang baru ataupun yang lama.
            Dibalik tulisan - tulisan nya yang kreatif dan unik serta memiliki ciri khas tersendiri, tentu kita sebagai pembaca cukup bingung bagaimana ia mendapatkan ide kreatif seperti itu. Ia mengangkat setiap novel yang ada berdasarkan pengalaman pribadinya, ia berpikir bagaimana kalau kisah cintanya dibuat novel, tetapi tidak hanya dalam genre romance, namun terdapat genre/unsur komedinya. Raditya Dika berpikir diluar pikiran orang lain yang tidak kita pikirkan, mengangkat sebuah pengalaman hanya saja kita ubah genrenya, tidak menjadi begitu serius. Sehingga sumber inspirasinya dia adalah pengalaman nya tersendiri, dan sisanya bergantung pada diri kita. Berikut adalah buku dan asal usul ia menciptakan nya.
            Awal perjalanan Raditya Dika adalah dari sebuah menulis diary di blog. Biasanya kita menulis diary di buku lalu kita kunci agar orang lain tidak melihat, namun dia berbeda dia ingin membagikan cerita kehidupam sehari – harinya dengan masyarakat. Diary di blog tersebut berjudul “Kambing Jantan” yang menceritakan seorang pelajar bodoh. Namun dari menulis diary tersebut, ia memenangkan beberapa award seperti Indonesia blog award dan Indosat sebagai the online inspiring. Setelah mendapatkan penghargaan tersebut, ia termotivasi untuk membuatnya menjadi novel. Hingga akhirnya ada penerbit yang mau menerbitkan buku berjudul “Kambing Jantan” tersebut. Seiring berjalan nya waktu buku yang berjudul kambing jantan tersebut, semakin popular, oleh karena itu ia menjadikan novelnya sebuah film. Dimana ia sendiri menjadi pemeran utamanya dan dari situlah karir dia sebagai entertain mulai dikenal oleh banyak masyarakat.
            Kemudian 1 tahun setelah ia menerbitkan buku kambing jantan, ia menulis lagi dan menerbitkan sebuah buku berjudul Cinta Brontosaurus. Raditya Dika dalam menerbitkan cinta brontosaurus ini, menggunakan format cerpen (cerita pendek) dan bercerita mengenai kisah cintanya yang tidak beruntung. Dan ini ia angkat berdasarkan pengalaman pribadinya. Sebuah kisah cinta komedi, berawal dari sebuah dia menembak cewe pertama kali, dan masih banyak lagi.
            Kemudian pada tahun 2007, ia menghasilkan sebuah karya dalam bentuk novel yang berjudul Radikus Makankakus:Bukan Binatang Biasa. Isinya mengenai sebuah kisah nyata dari keluarganya, ya kali ini ia menceritakan tentang saudara – saudaranya. Dan dari setiap saudara – saudaranya, memiliki kelebihan dan kekurangan. Anggi salah satu adik perempuan nya yang kembar, memiliki bakat seniman atau dapat dikatakan ia ingin seperti kakaknya yaitu Raditya Dika. Ia ingin menjadi seorang penulis akibat buku Raditya Dika yang pertama yaitu Kambing Jantan laris manis atau sold out di kalangan masyarakat Indonesia.
Setahun setelahnya yaitu tahun 2008, Raditya Dika menerbitkan sebuah novel lagi yang berjudul Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang. Bukan mengenai cinta – cintaan, melainkan berdasarkan kisah sang penulis mengenai hal – hal misteri hingga per-ploncoan dari senior. Jadi pada dasarnya mengenai sebuah horror komedi dari kisah nyata Raditya Dika. Dan dia ingin memberi tahu kita bahwa hal yang kita takutkan jika dibuat novel horror komedi sepertinya sangat seru dan menarik sekali untuk dibaca.

3 tahun berikutnya, yaitu 2010 tepatnya. Ia meluncurkan karya novelnya yang berjudul Marmut Merah Jambu. Kali ini ia menceritakan sebuah kisah cinta yang berbeda. Bagaimana jika seseorang menyukai orang lain, padahal orang tersebut belum tentu suka padanya, melainkan orang ketiga lah atau sahabatnya yang menyukainya. Apakah sahabat terus menunggu atau tidak. Jadi dari novel ini menceritakan bahwa, kita tidak perlu mengejar jodoh, karena jodoh sudah ada di tangan Tuhan. Dan jangan pernah mengejar sesuatu yang tidak pasti, namun kejarlah yang pasti. Kemudian sekitar 4 tahun kemudian, novel ini dibuat film dan ia memerankan nya sebagai pemeran utama sekaligus script writer.
2011, ia meluncurkan novel berikutnya yang berjudul manusia setengah salmon. Novel ini berbeda bukan soal horror ataupun romance, namun tetap yang namanya Raditya Dika ia selalu meluncurkan novel ataupun film yang bertema komedi. Ini mengenai keluarga yang mana papanya cukup aneh, yaitu melakukan senam kentut yang tidak biasa kita lakukan. Jadi tujuan novel ini dibuat adalah tidak peduli apapun kebiasaan orang tua kita, mau itu jelek, ataupun bagus, yang penting adalah keharmonisan yang ada dan bagaimana kita menerima mereka sebagai anggota keluarga kita. Dan pada tahun 2013 novel ini diangkat menjadi sebuah film dan seperti biasa ia menjadi script writer sekaligus pemeran utama dalam film ini.
Selain kesibukan nya dalam membuat novel, ia juga melakukan stand up comedy di Kompas TV pada pertama kali, dan melakukan nya berulang kali berawal ia menjadi host dan sekarang menjadi juri di SUCI, kemudian SUCA. Tidak hanya dalam komedian ataupun penjurian saja, melainkan ia juga pernah membuat webseries yang awalnya menggunakan modal dia dengan judul Malam Minggu Miko di youtubenya, lalu dibeli cerita tersebut oleh Kompas TV untuk ditayangkan di channel TV. Seiring berjalan nya waktu hingga sekarang, ia berubah job desk tidak hanya script writer, aktor yang ia jalankan melainkan sutradara juga ia jalankan, seperti film Single, Kuala Kumal, dan yang baru akan dirilis adalah Hangout merupakan film yang sudah ia sutradarai dan tidak diragukan karyanya sungguh kreatif dan menarik untuk dilihat dan dinikmati.

            

Minggu, 04 September 2016

Bella tamara mulyadi - 13140110020

RADITYA DIKA, PENULIS SUKSES YANG MENJADI SUMBER INSPIRASI

     Sosok Dika Angkasaputra Moewarni atau yang akrab disapa Raditya Dika merupakan salah satu sosok penulis suksea di Indonesia yang telah menjadi sumber inspirasi bagi anak muda di Indonesia. Raditya Dika sendiri menjadi seorang penulis sukses sejak karyanya yang pertama yaitu kambing jantan menjadi best seller di Indonesia. Sampai pada karyanya manusia setengah salmon pun tetap menjadi favorite anak muda Indonesia. Raditya sendiri memulai karir suksesnya sebagai penulis dimulai dari hobbi dimana beliau senang menulis catatan pribadinya di blog pribadinya dan hingga pada akhirnya catatan tersebut memenangkan Indonesia Blog Award.
       Radit sendiri sukses dengan tulisannya karena radit selalu mbuat judul judul yang jenaka dan tidak menstream. Beliau selalu memakai nama hewN untuk setiap judul di bukunya dan hal ini yang menjadi selling point dari Raditya Dika.
       Raditya Dika sendiri bisa menjadi penulis terkenal berkat 4 hal yang ditanam di benak seorang Raditya Dika. Berikut 4 hal yang menjadi inspirasi Raditya, yaitu follow youre passion, kemudian menjadikan kegelisahan sebagai sumber inspirasi, moments of doubt dan bebaskan diri dari rasa takut.
       Hal ini bisa di contoh dan juga menjadi sumber inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk tetap berkarya. Jadilah anak muda cerdas yang dapat berkarya bukan memunculkan hal hal bodoh untuk dikembangkan

Proses Kreatif Mira W oleh Aldo 00000012747

Mira lahir pada tanggal 13 september 1951, selama empat puluh tahun berkarya , penulis buku novel roman ini sudah cukup terkenal, karena buku-buku nya sudah di pajang di rak-rak took buku. Dan sekarang usianya sudah menginjak 64 tahun dan mira telah melahirkan 82 karya, meliputi 75 novel,7 kumpulan novelette serta cerpen, semua itu sudah di anggap mira seperti anak sendiri , tidak ada yang di beda beda kan dan semua buku nya itu adalah buku favorite nya, dia berkata “jika saya tidak suka bukunya, bagaimana orang lain suka untuk membaca nya.” Setelah menginjak usia 64 tahun, mira pun belom selesai untuk berkarya, ia masih lanjut membuat karya-karya nya, bahkan masih banyak ide-ide kreatif mengalir dalam pikiran nya,dan itu tidak pernah berhenti berkat para pasien , mahasiswa dan penggemar nya. Disetiap karya nya selalu berbeda dan tidak pernah sama dengan karya sebelum nya, ide segar itu pun selalu datang kepadanya. Tetapi ide cemerlangnya juga tidak selalu sukses, terkadang ia juga gagal , lalu ia berhenti sejenak untuk menenangkan kembali suasana hati nya, setelah terasa tenang barulah ia melanjutkan nya kembali. Tetapi disaat suasana hati nya sedang senang, dalam setahun dia dapat membuat beberapa buku. Dan dalam di setiap buku nya membutuhkan wajtu yang cukup lama, sekitar 2-3 bulan. Mira juga memiliki karir lain di luar sebagai penulis, iya bekerja sebagai dokter dan juga sebagai dosen. Selama 4 dekade mira pernah tidak mengeluarkan karya sama sekali.

Mira sangat lah mencintai dunia karya, sampai-sampai sesibuk apapun hari itu, pasti dia akan meluangkan waktu untuk menulis. Tetapi menurut mira pasti akan selalu ada waktu untuk melakukan sesuatu yang kita cintai. Perempuan separuh baya itu pun juga sempat ingin pensiun sebagai novelis, apalagi sudah ada banyak penulis-penulis muda yang muncul di tanah air,dia merasa sudah cukup lama berkarya dan ia ingin meluangkan waktu atau memberikan kesempatan bagi orang lain. “Tetapi saya tidak bisa berhenti karena ini hobi” ujar mira. Mira memulai karya nya dengan menggunakan mesin tik hingga tahun 1988 sebelum akhir nya ia menulis menggunakan computer.mira juga tidak pernah memiliki ritual khusus dalam menciptakan karya nya, dia dapat menciptakan ide kapan saja dan dimana saja. Walaupun aktivitas itu baru bisa ia lakukan pada saat malam hari selepas ia bekerja. Menurut mira, bagian tersulit dalam membuat buku adalah menentukan judul yang pas dan sesuai. Mira memiliki cirri khas dalam menentukan judul, biasa nya bersifat puitis. Biasa dalam jumpa fans/ penggemar, banyak yg berebutan untuk meminta tanda tangan  mira, dan rentang usia yang ikut acara itu pun juga luas, mulai dari yang usia muda sampai usia tua. Orang paruh baya lah yang biasa nya mengikuti perkembangan karya mira. Meski novel mira lebih mengarah ke segmen dewasa,namun untaian kata yang di buat mira juga dapat menarik minat baca generasi muda. Dalam karya nya, mira lebih sering bercerita tentang kehidupan manusiawi atau tenntang percintaan, karena menurut nya kisah cinta tak pernah lekang dimakan waktu dan zaman sehingga bisa bersifat relevan dan tetap bisa di baca walaupun sudah lewat bertahun-tahun..  tokoh perempuan yang mira pakai juga tidak berbeda terlalu jauh di setiap karya nya, mira selalu memakai tokoh wanita yang bersifat masa kini. Mira lebih dikenal dengan sebutan pena mira, ia bergaris keturunan tiong hua dan ayah mira sendiri juga sudah terkenal di dunia perfilman di Indonesia, novel-novel mira yang sudah laris terjual dan yang sudah terkenal juga sering di pakai di sekolah-sekolah sebagai bahan pembahasan guru. Beberapa hasil karya mira juga sudah di angkat ke film atau pun judul sinetron. Ayah mira yang bernama othniel adalah pelopor industry perfilman di Indonesia.


Mira menulis karya-karya nya dalam berbagai genre sperti roman,criminal dan kehidupan rumah sakit. Mira memulai untuk mengirim karya nya di saat ia masih belajar di universitas trisakti. Setelah lulus dari Trisakti, Mira menjadi staf pengajar di Universitas Moestopo. Novelnya yang paling terkenal, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, diterbitkan pada tahun 1980. Bebrapa buku-buku yang dihasilkan oleh mira, biasanya diterbitkan atau di cetak dengan gramedia.mirapun terus menghasilkan karya terbaiknya dan mira di anggap dengan teman-teman nya sebagai pelopor penulis keturunan tionghua di Indonesia, dan ia menjadi inspirasi-inspirasi penulis muda seperti clara ng. nama panjang mira adalah mira widjaya, ia beragama Kristen protestan, dari kecil mira bersekolah di daerah sekitar Jakarta,ia lulus kuliah dari universitas trisakti pada tahun 1979. Di luar rutinitas nya mira juga memiliki kegiatan lain yaitu kepala balai pengobatan universitas prof.dr.moestopo. alamat rumah mira berada di jalan kayu putih selatan II D/18 , pulomas, Jakarta timur. Salah satu karya mira yang terlaris adalah “disini cinta pertama kali bersemi” , mencapai oplah 10.000 dan mengalami lima kali cetak ulang. Dulu mira tidak pernah mau untuk membuatkan scenario ataupun aktif di perfilman walaupun itu adalah produksi film ayahnya. Ayahnya dulu di kenal sebagai produser “cendrawasih film”.

Proses Kreatif Dewi Lestari oleh Ruth Claudia Thamrin 00000013078

PROSES KREATIF DEWI LESTARI




Dewi Lestari, yang biasa akrab disebut Dee Lestari adalah seorang penulis yang berasal dari Indonesia yang lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Karya-karyanya sangat dekat dengan hati para pembaca. Dari karya-karyanya, Dee dikenal memiliki ketajaman berpikir dan analisis yang tinggi. Dee awalnya bukanlah seorang penulis, melainkan seorang penyanyi. Dee pun beralih dari profesi bernyanyi kepada dunia tulis-menulis.

Karena Dee awalnya adalah seorang penyanyi, Dee menganggap popularitas awal buku karyanya cukup dipengaruhi oleh sosoknya yang adalah seseorang yang mengambil bagian dalam media hiburan. Jadi ketika awal Dee menulis buku, Dee mendaapatkan liputan media hiburan, yang penulis-penulis lain mungkin tidak dapatkan. Tapi pada akhirnya, isi tulisanlah yang berpengaruh pada laris atau tidaknya buku. Dee menambahkan, apabila hanya faktor sensasi, maka tidak akan bertahan lama, karena orang-orang membeli buku karena isi. Dee berkata, mungkin Dee menulis sesuatu yang dapat dimengerti dan dihidupi oleh banyak orang.

Novel pertama yang diterbitkan pada tahun 2001 berjudul Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh sukses dan berhasil menarik perhatian para penggemar. Saat ini Dee sudah banyak menerbitkan buku-buku karyanya, seperti Supernova Dua dengan judul Akar pada 16 Oktober 2002, Supernova Tiga dengan judul Petir pada 2005, Rectoverso pada 2008, Perahu Kertas pada tahun 2009 yang akhirnya juga dijadikan film, serta lanjutan serial Supernova yang berjudul Partikel pada tahun 2012. Karya-karyanya konsisten dan berprinsip. Mungkin karena itulah, Dee Lestari sangat disukai oleh banyak sekali pembaca. Dee Lestari ternyata juga menyenangi filosofi, dapat diketahui dari bukunya yang berjudul Filosofi Kopi pada tahun 2006.

Bagi Dee, menulis adalah suatu kebutuhan, sehingga Dee menyebutkan bahwa menulis sifatnya adalah  theurapetic. Sama seperti kebutuhan untuk berkomunikasi, begitulah kebutuhan Dee dalam menulis. Dee berkata, dalam menulis yang diajak berkomunikasi adalah diri sendiri dan ala kreativitas. Sebagian besar dari karya Dee Lestari diambil dari perenungan, Dee mengatakan bahwa seorang penulis memang harus menjadi pengamat yang baik. Dee mulai menulis sedari kecil. Tepatnya ketika ia masih kelas 5 SD. Karyanya waktu itu adalah tulisan berjudul “Rumahku indah sekali” namun sayang sekali, tulisan itu tidak diselesaikan karena buku catatan Dee sudah habis kala itu. Sedari dulu Dee memang punya dorongan kuat untuk mengkhayal, membayangkan dunia lain, menyusun alur cerita, dan sebagainya. Dee memiiki kakak-kakak yang memang senang membaca, dari situlah Dee kebagian untuk membaca buku-buku mereka. Hal tersebut jugalah yang mendorong Dee untuk menulis fiksi.

Dalam proses menjadi penulis, Dee menemukan dan mengalami banyak keajaiban. Meskipun Dee bukanlah lulusan pendidikan sastra, namun kecintaan dan tekadnya terhadap dunia menulis berhasil mengantarkan Dee ditempat dimana Dee berada sekarang. Dee memiliki prinsip jangan pernah meremehkan sebuah tulisan dan harus berani dalam menulis. Menurutnya, karya itu seolah-olah punya garis takdir, degup kehidupan, dan keinginan sendiri.

Dalam dunia kepenulisan Dee Lestari, Dee berkata bahwa ada penulis-penulis yang berpengaruh baginya, seperti Sapardi Djoko Damono karena berpengaruh dalam penulisan lirik dan membuat irama kata. Dee juga menyukai Seno Gumira Ajidarma, karena mampu membuat tulisan yang hidup dan Ayu Utami, karena ketekunannya dalam mengulik bahasa.
Saat ini saat Dee Lestari ingin menulis, Dee mengaku sengaja menyisihkan waktu subuh-subuh sebelum orang-orang di rumahnya terbangun. Bagi Dee, syarat utama menulis, terlepas pagi atau malam, adalah keheningan dan tidak diganggu. Jadi kapanpun Dee memiliki kualitas waktu tersebut, akan dimanfaatkannya untuk menulis. Dee juga ternyata menyenangi tempat-tempat sepi untuk menulis karena distraksinya rendah. Namun Dee berkata, apabila terpaksa, Dee bisa juga menulis di tempat yang ramai yang penting tidak diajak ngobrol dan diinterupsi. Ketika Dee sudah mengalir didalam proses kreatif, Dee mengaku bahwa ia sudah tidak perduli dengan keadaan sekitarnya.

Dee berkata, jika sedang menulis ia tidak sambil mendengarkan musik. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya dimana ia sempat menyukai menulis sambil mendengarkan musik. Dee berkata tidak memiliki masalah dengan ada atau tidaknya musik ketika sedang menulis, asal musiknya adalah musik instrumental, karena jika memakai musik yang berlirik, bisa mendistraksi.

Dalam menulis karya-karyanya, tentu saja Dee pernah mengalami waktu-waktu dimana kemacetan saat menulis terjadi. Dee mengatakan bahwa seringkali, ia membiarkan saja writer’s block tersebut hilang dengan sendirinya. Disaat-saat seperti itu, Dee lebih senang untuk memanfaatkan waktunya untuk beristirahat. Menurut Dee, menulis menguras stamina mental dan batin, jadi ketika writer’s block terjadi, Dee memilih untuk tidak memikirkan tulisannya dahulu dan memikirkan hal-hal yang lain. Dee percaya bahwa jika idenya kuat, maka ide tersebut akan kembali. Jika idenya tidak kuat, Dee akan mencari ide-ide yang baru. Jadi menurut Dee, konsep ‘survival of the fittest’ itu juga berlaku untuk masalah ide.

Bagi Dee, penulis yang baik adalah  penulis yang mau memperkaya referensi dan berani bereksperimen, juga yang jujur pada dirinya sendiri dan berkomitmen untuk terus berkarya.
Sampai saat ini, Dee Lestari masih dalam proses penulisan karya-karyanya yang lain. Semoga Dee Lestari terus dapat berkarya bagi sastra Indonesia.

Vania Evan - 00000012969

Proses Adhitya Mulya Melahirkan Buku



     Menulis buku merupakan sebuah proses kreatif seseorang dalam menuangkan ide dan gagasan yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik bagi pembaca. Tentunya hal ini bukanlah hal sepele, karena memerlukan proses yang panjang untuk mengembangkan ide cerita hingga menyelesaikannya dalam bentuk sebuah buku. Dalam proses panjang tersebut, tentu ada cara-cara maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh si penulis hingga karya mereka rampung. Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan bagaimana proses kreatif dari seorang penulis kelahiran kota Medan yang bernama Adhitya Mulya.

     Berprofesi sebagai Trade Analyst di sebuah perusahaan swasta, tidak membuat Adhitya Mulya berhenti untuk berkarya dalam bentuk tulisan. Beliau mengakui bahwa pekerjaan utamanya cukup menguras banyak tenaga, tetapi beliau tidak mengurungkan niatnya untuk terus menulis. "Menulis merupakan karya seni," paparnya. Karena itu, beliau menganggap menulis itu tidak bisa diberi deadline. Terutama ketika menulis komedi, pemberian deadline akan membuat lelucon-leluconnya tidak segar lagi.

   Adhitya Mulya selalu menulis saat malam hari. Alasannya karena beliau tidak bisa menulis jika banyak distraksi. Jadi, beliau harus menunggu malam tiba, ketika kedua anaknya sudah pergi tidur. Sayangnya, kebiasaan menulis di malam hari ini membuat beliau kurang tidur dan mengakibatkan kebotakan pada dirinya.

     Beberapa hasil proses kreatif beliau yang sudah diterbitkan menjadi buku adalah Jomblo: Sebuah Komedi Cinta (2003), Gege Mengejar Cinta (2005), Kejar Jakarta (2005), Travelers' Tale, Belok Kanan: Barcelona! (2007), Kepada Cinta: True Love Keeps No Secret (2009), Empat Musim Cinta (2010), Catatan Mahasiswa Gila (2011), The Journeys (2011), Mencoba Sukses (2012), Sabtu Bersama Bapak (2014). Meskipun sudah banyak karya yang beliau hasilkan, lulusan teknik sipil ITB tahun 1996 ini belum merasa puas. Beliau menargetkan menghasilkan 1 buku setiap 2 tahun.

    Menurut Adhit, menulis itu harus diawali dengan kepemilikan jiwa bercerita. Dengan memiliki jiwa bercerita, menulis pun jadi lebih menarik untuk dilakukan dan dinikmati. Selain dari itu, beliau terbiasa menentukan ending dari sebuah cerita terlebih dahulu. Dengan mengetahui akhiran dari kisah yang ditulisnya, akan lebih mudah untuk menentukan jalan kisah pendukung dari akhiran yang dibuat. Dengan adanya tujuan yang jelas, kita juga akan lebih mudah untuk mencari cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

   Penulis sehandal Adhitya Mulya pun tidak luput dari kritikan pedas dari orang-orang sekitar. Namun, beliau berpendapat bahwa semua kritik itu baik. Seorang penulis sudah sebaiknya menghindari sindrom 'figure blind', yaitu perasaan subjektif terhadap karyanya yang merasa karyanya tidak ada cacat cela. Lebih baik mendapat kritik selagi karya kita masih dalam bentuk draft, daripada mendapat kritikan dari media ketika sudah menjadi buku.

   Demikian proses kreatif Adhitya Mulya dalam menciptakan karya-karyanya. Dari hasil research saya akan proses kreatif beliau, banyak hal yang saya pribadi pelajari, mulai dari hal-hal teknis sampai kepada nasihat-nasihat yang berguna bagi saya.

Jumat, 02 September 2016

AURELIA NATASYA - 00000012916 (REVISI)

PROSES KREATIF DEWI LESTARI


Pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan seorang penulis asal tanah air yang sangat terkenal melalui karya-karyanya yang luar biasa, yaitu Dewi Lestari. Ia mulai menulis sebuah novel pada saat ia berada di bangku SMP dan ia juga sempat mengirimkan tulisannya ke berbagai media, tetapi selalu ditolak. Hingga akhirnya Dee mulai frustasi dan menjalani kegiatan menulisnya secara diam-diam yang hanya orang terdekatnya yang tahu. Namun, sejak novel pertamanya sukses dipasaran, Dee terus menerus menghasilkan karya  terbaiknya yang tak kalah sukses, mulai dari ketiga serial Supernova, Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Madre, dan Rectoverso. Selain buku-bukunya yang sangat laku dipasaran, beberapa dari bukunya juga telah diangkat ke dalam film layar lebar. Seperti film yang sangan fenomenal di kalangan para remaja, yaitu Perahu Kertas.
Setiap penulis pasti mempunyai prosesnya masing-masing dalam menulis. Sama halnya seperti Dewi Lestari, penulis yang suka meditasi dan merupakan seorang vegetarian ini mengatakan bahwa menulis merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya karena menulis merupakan suatu proses komunikasi dengan dirinya sendiri dan juga alam kreativitas. Dee juga mengatakan bahwa inspirasi dari tulisan-tulisannya sebagian besar berasal dari perenungan dan sebuah pengamatan yang baik. Banyak sekali sumber inspirasi yang dipaparkan oleh Dewi Lestari, diantaranya dari lingkungan sekitarnya seperti kecoak, kopi, kisah cinta diri sendiri, kisah cinta orang lain bahkan saat ia mandi sekalipun, serta dari buku-buku yang ia baca. Karena ia sudah menulis dan bekerja kreatif selama bertahun-tahun lamanya, ia merasa seperti ada mekanisme yang berjalan dengan sendirinya. Sebagai seorang penulis, ia harus bisa menjadi wadah untuk menghidupkan karakter-karakter yang lahir dan muncul dari dalam benaknya. Waktu menulis pun turut serta mempengaruhi tulisan Dee, ia mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk dirinya menulis adalah ketika semua tugas duniawi sudah selesai dan hanya ada dirinya sendiri dalam kesunyian. Mengenai gaya tulisannya, Dee selalu terbayang-bayang dengan bacaan dari karya Dr. Sapardi Djoko Damono hal ini dapat diperhatikan dari tulisan dan lirik lagu yang ia tulis. Selain itu, karena ia berasal dari dunia musik, kalimat-kalimat yang ia buat memiliki nada sehingga berlagu dan merdu. Menurut Dee pribadi proses kreatif dalam menulis adalah sebuah fiksi ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan serta wawasan penulisnya. Dalam menjalani prosesnya untuk menjadi seorang penulis, Dee selalu merasa menemukan dan mengalami begitu banyak keajaiban. Walaupun, ia bukanlah seorang lulusan Sarjana Sastra dan juga tidak pernah mengikuti satupun komunitas sastra, namun Dee senang menulis karena kecintaannya pada menulis dan tekadnya yang sangat kuat untuk mewujudkan tulisannya ke dalam bentuk buku ataupun novel. Biasanya jangka waktu proses kreatif dari seorang Dewi Lestari bisa bertahun-tahun lamanya, dimulai dari ide pertamanya, rasa keinginannya untuk menulis suatu cerita, hingga rasa keingintahuannya yang besar.
Di dalam tulisannya juga Dee mengatakan bahwa di dalam tulisannya harus mencerdaskan dan mengusik keingitahuan orang untuk belajar lebih banyak lagi. Hal ini dapat dilihat dari tulisan-tulisannya yang selalu memiliki pikiran yang tajam dan beranalisis. Wanita penggemar koming Jepang ini juga memiliki suatu prinsip yang sangat menarik bahwa jangan pernah meremehkan sebuah tulisan dan harus berani dalam menulis. Menurut pendapatnya, sebuah karya seolah-olah memiliki garis takdirnya tersendiri, degup kehidupan, dan keinginannya sendiri. Setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block bahkan penulis yang jam terbangnya sudah tinggi sekalipun tetap mengalaminya. Writer’s block merupakan dimana seorang penulis kehilangan ide untuk melanjutkan alur cerita dari tulisan mereka. Ketika ia sedang berada di dalam pada fase itu (writer’s block) ia akan membiarkan hal tersebut dan akan menghilang dengan sendirinya. Melalui kejenuhan tersebut bagi Dee adalah sebuah kesempatan untuk menyegarkan pikiran dan lepas sejenak dari kegiatan menulis. Dengan rehat sejenak dari kegiatan menulis, maka ide tersebut akan kembali lagi dan bertahan. Namun, jika ide tersebut tidak cukup kuat maka ide itu akan pergi dan pada akhirnya harus dicari kembali ide yang baru. 
Sebagai tambahan, Dewi Lestari mempunyai suatu pesan bagi penulis-penulis muda di tanah air, yaitu tetaplah berfokus pada kualitas, mempunyai motivasi yang cukup kuat untuk terus belajar dan mengembangkan diri, maka mereka akan mempunyai potensi untuk berhasil dan mempunyai basis pembaca yang juga kuat.

Kamis, 01 September 2016

AGATHA JESSICA - 00000013084 REVISI PROSES KREATIF


AGATHA JESSICA – 00000013084 – REVISI PROSES KREATIF

CREATIVE WRITING
Proses kreatif dari penulis Winna Efendi.
Winna efendi adalah seorang penulis yang berbakat. Banyak karya-karya novelnya yang telah terkenal dan menjadi best seller dalam setiap karyanya. Walaupun tidak semua, tapi hampir rata-rata karyanya menjadi pilihan terbaik untuk banyak orang.
Salah satu novelnya yang berjudul Kenangan Abu-Abu, yang ia ciptakan dalam bahasa Indonesia sederhana, mampu memikat banyak pencinta novel. Dalam novelnya ini yang menceritakan tentang kehidupan masa remaja anak SMA dan segumpal kenangan abu-abu yang sudah samar-samar untuk dikenang kembali.
Inspirasi Winna Effendi
Pada suatu malam, Wina tiba-tiba saja teringat dengan masa SMAnya yang hanya ia jalani selama 2 tahun. Ia bergabung dengan kelas kecil untuk anak-anak yang dapat menyelesaikan SMA dalam kurun waktu hanya 2 tahun. Karena pengalaman SMA yang sebentar itulah, ia tidak benar-benar merasakan masa-masa SMA yang seperti dikatakan banyak orang dan dirasakan banyak remaja seusia dirinya.
Karena kurangnya pengalaman seperti itu, ia berandai-andai bagaimana jika ia berada didalam sekolah SMA biasa yang harus ia selesaikan dalam waktu 3 tahun, dengan banyak perasaan duka maupun suka dalam lingkungan SMA. Pikirnya, pasti sangat terasa menyenangkan untuk berada dalam situasi seperti itu. Pada umumnya, banyak remaja SMA yang menemukan persahabatan sejati dan cinta pertamanya dalam masa-masa SMA. Banyak juga orangtua yang mengatakan bahwa masa-masa SMA adalah masa yang paling indah.
Proses kreatif Winna Efendi
Dalam proses pembuatan novel tersebut, Winna tidak selalu mendapat inspirasi yang lancar dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sehingga terkadang Winna harus melakukan observasi kepada remaja SMA. Untuk mendapatkan sebuah inspirasi tersebut, Wina sering mengenang masa SMAnya yang hanya selama 2 tahun itu. Walaupun tidak banyak yang ia dapatkan dari pengalamannya tersebut, namun ia mampu mengembangkannya dengan baik dan dapat merasuki emosi para pembaca saat membaca karyanya. Dalam proses penulisan novel ini, Winna memainkan emosinya dan tidak berkhayal jauh dengan kenyataanya.

Seringkali juga, Winna mendapat sebuah ide yang menarik dalam tidurnya dan tidak sengaja ide itu tiba-tiba saja muncul dalam pikirannya. Sehingga ide dapat ia temukan dimana saja dan diaktifitas mana saja. Tidak memungkinkan bagi Winna untuk mendapat ide saat ia sedang dalam kondisi sulit sedikitpun. Namun, sebagai manusia Winna juga pernah merasakan saat-saat ia tidak mendapatkan inspirasi, padahal ia sudah sangat ingin menulis karya lagi.






Laurentius Setiawan 00000013115 - Proses Kreatif "Bidadari Kelab Malam" Kristasia Pangalila

Laurentius Setiawan - 00000013115

Kristasia Pangalila merupakan salah satu lulusan UMN yang lulus pada tahun 2014 dan bergelar sebagai alumni dari fakultas Ilmu Komunikasi. Dalam masa perkuliahannya di UMN, Krista pernah menulis sebuah karya yang akhirnya diterbitkan sebagai sebuah novel oleh salah satu penerbit terkemuka, yaitu Grasindo. Buku yang ia tulis berjudulkan “Bidadari Kelab Malam”.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTQ9UntPa55vvnB0pQBKc-2vqptj2l6aQjYcUqdF15lXqxoiWOVnHhCS-l7T8ketFkIixGfixOyPogDsLLQ0rbuwBceEVDkiBVyAikKJyCvNS-m1yHu3gRq_aIgxa6ddEqUbBS8cHPhIk/s400/Bidadari-Kelab-Malam.jpg

Buku ini terinspirasi dari kisah nyata sang ayah dari Kristasia, yang memang memiliki masa muda yang cukup unik dan menarik untuk dibagikan. Untuk proses penulisannya sendiri, Krista mengatakan butuh sekitar tiga sampai empat bulan, dimulai dari penulisan kerangka sampai selesainyan novel tersebut. Buku ini pun dinilai cukup baik oleh para pembaca, dibeberapa website ada yang menuliskan resensi tentang buku tersebut, dan mengatakan bahwa buku tersebut sangat membuat nyaman para pembacanya.
Pada waktu itu, Krista mengatakan bahwa ia sedang mengikuti kelas Creative Writing dan diminta untuk membuat novel untuk tugas akhirnya. Saat itu pula, ia langsung teringat dengan kisah ayahnya. Karena menurutnya kisah tersebut sangat menarik, Krista pun langsung memutuskan untuk menjadikan kisah sang ayah menjadi cerita untuk novelnya.
Proses penulisan novel tersebut dimulai dengan menuliskan kerangka cerita. Krista mengatakan bahwa ide cerita yang baik, belum tentu menjadi baik jika kita tidak mampu untuk menceritakannya dalam suasana yang menarik. Maka, sangat penting baginya untuk menuliskan kerangka cerita yang diingkan. Seperti bagaimana alurnya, seperti apa latarnya, dan lain sebagainya. Dan semua penulisan ide-ide tersebut tidak terlepas dari bimbingan dari sang ayah, karena based on true story.
Setelah kerangka cerita selesai dan dinilai cukup menarik, Krista melanjutkan dengan proses penulisan cerita. Mulai dari prolog, lalu menuliskan cerita dari bab ke bab. Setelah Krista menyelesaikan tulisannya, lalu naskah tersebut diserahkan kepada dosen mata kuliah yang mengajar Krista dalam mata kuliah Creative Writing. Ternyata, sang dosen sangat menyukai naskah tersebut dan memutuskan untuk menyerahkan naskah tersebut kepada salah satu penerbit, yaitu Grasindo. Dan ternyata naskah tersebut diterima oleh penerbit.
Namun, tidak berjalan semulus apa yang diperkirakan. Ternyata naskah tersebut dinilai terlalu sedikit dan butuh untuk disesuaikan. Akhirnya dengan deadline dua minggu yang diberikan, Krista mampu untuk menyelesaikan tuntutan tersebut. Dan akhirnya, naskah tersebut pun dicetak menjadi sebuah novel  dengan judul “Bidadari Kelab Malam”.
Berikut sedikit identitas dari buku tersebut :

Judul : Bidadari Kelab Malam “Aku ini PL, pemandu lagu, bukan PELACUR!”
Penulis : Kristasia Pangalila
Jenis Buku : Novel Umum
Sasaran Pembaca: Remaja dan Dewasa
Harga : Rp 35.000,00
Tebal  : 176 halaman
Ukuran : 13x19 cm
Cover : softcover, AK 230gr, laminating UV spot, emboss
Kertas isi : bookpaper55gr (1C/1C)
ISBN : 978-979-081-972-6
GWI : 703.13.1.012