Benny Rachmadi merupakan seorang kartunis yang
lahir Samarinda, 23 Agustus 1969. Sejak kecil beliau sudah dikenal sebagai anak
yang sangat senang menggambar dan mengamati segala hal yang ada disekitarnya.
Saat besar, Benny sadar betul akan berpotensinya hal tersebut. Maka dari itu
Benny pun lantas tak sudi jika bakatnya terbuang sia-sia. Dia pun bercita-cita
menjadi seorang ahli grafis, dan memegang kokoh impian tersebut. Akhirnya
berlanjutlah perjuangannya di IKJ. Selama proses perkuliahan, dia terus
mengasah jiwa kreatifnya. Dia juga semakin sering melakukan pengamatan terhadap
berbagai fenomena sosial yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yang dimana
hal tersebut bahkan dianggap tidak menarik oleh banyak orang.
Kenapa saya memilih Pak Benny ? Karena tentunya selain
atas kekaguman saya yang muncul setelah saya membaca karya-karyanya, juga
karena atas betapa cerdasnya teknik Pak Benny dalam memperoleh ide-ide
kreatifnya. Proses bagaimana dia membuat karya-karyanya begitu simpel dan tidak
muluk-muluk, tatapi tetap menghasilkan kajian yang luar biasa bagus dan
menghibur. Penasaran ? Simak essay berikut.
Suatu
hari, Benny Rachmadi bertemu dengan Muhammad Misrad alias Mice. Mereka pun
memutuskan untuk berduet untuk ber-kartun-ria. Tidak disangka, mereka berdua
pasangan seniman yang begitu cocok dan terarah. Bermodalkan kepekaan pak Benny,
mereka memutuskan untuk menjadikan segala hal yang ada di sekitarnya sebagai
sarangnya inspirasi bagi karya-karya mereka. Mereka berdua terus menangkap dan
mengumpulkan hal-hal yang unik dan menarik yang ada disitu, dan menyajikannya
dengan 'gaya' dan kreatifitas mereka sendiri.
Ada
salah satu inspirasi mereka yang cukup menarik untuk dilirik. Yaitu sebuah
inspirasi yang datang dari salah seorang teman mahasiswa mereka, yang memiliki
kelakukan yang membuat geleng-geleng kepala. Dia mahasiswa yang gemar terlibat
dalam berbagai komunitas. Tetapi apa yang dia jadikan sebagai modal dalam masuk
ke komunitas tersebut ? Omdo alias omong doang jawabannya. Akhirnya, ide datang
dari situ. Benny dan tanpa ragu lantas menjadikan dia sebagai topik utama
kartun mereka.
Ada salah satu buku mereka yang begitu berhasil
memancing setumpuk perhatian dari para penggemar mereka. Buku yang diterbitkan
pada Januari 2008 tersebut, berjudul Lagak Jakarta: 100 Tokoh Yang Mewarnai
Jakarta. Apa yang terlintas dibenak kalian saat mendengar
judulnya ? Anda pasti akan berpikir bahwa sumber ide dan insprasi buku tersebut
didominasi oleh tokoh-tokoh ibukota nan ternal dan berkuasa, seperti Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, atau
artis-artis Ibukota.
Setelah
kalian membaca bukunya, anda akan mengetahui bahwa hal itu adalah salah besar.
Justru sosok-sosok sederhana seperti para korban banjir, tukang ojek,
nenek-nenek pengajian, pedagang kerak telor, preman, timer, banci lampu merah,
hansip, pengurus kuburan, maling besi, penjual VCD bajakan, kucing kampung,
sampai seorang pengemis dan penipu
yang menggunakan akal cerdik demi mendapatkan uang lah yang menjadi
sumber topik karyanya yang satu ini. Jadi begitulah Pak Benny. Tidak perlu ada
observasi, tidak perlu ada pengunjungan. Satu-satunya cara bagaimana dia
menciptakan semua buah-buah kekreatifannya yakni hanya pengamatan semata !
Pengamatan 'asal-asalan' terhadap fenomena-fenomena yang ada di dekatnya. Dengan cerdasnya, Benny dan Mice
mengungkap sisi yang sebenarnya dari tokoh-tokoh paling realistis yang meyemarakan
kota Jakarta. Tengoklah sudut-sudut kota Jakarta maka tokoh-tokoh tersebut
dengan mudahnya kita temui, seperti VCD bajakan yang dijual bebas di emperan,
heboh audisi Indonesian Idol, busway,
kemacetan, dan masih banyak lagi.
Selain melakukan pengamatan, Benny juga sering
melakukan kritik. Hal-hal apa saja yang mereka kritik juga tidak jauh-jauh dari
kehidupan mereka. Apa saja hal yang aneh yang ada didekat mereka, langsung
mereka turutsertakan dalam daftar kritikan mereka. Dan lagi-lagi, ide-ide
tersebut berhasil mereka sajikan dalam bentuk yang apik, kreatif, menarik dan
menghibur. Salah satu contohnya yang menarik ialah kritik Pak Benny dan Mice
terhadap budaya latah yang semakin mewabah. Saat itu, Pak Benny & Mice
mendapatkan ide kreatif mereka dari kehidupan mereka sendiri yang saat itu sebagai
pelayan toko handphone. Sseorang
Suatu hari, ada perempuan cantik datang berniat membeli HP mewah. Bukannya menawarkan HP mahal, mereka justru bertanya, kenapa beli HP sampai Rp 7 juta kalau kebutuhannya hanya telepon dan SMS? Calon pembeli itu pergi dengan kesal dan pemilik toko memecat pak Benny & Mice.
Suatu hari, ada perempuan cantik datang berniat membeli HP mewah. Bukannya menawarkan HP mahal, mereka justru bertanya, kenapa beli HP sampai Rp 7 juta kalau kebutuhannya hanya telepon dan SMS? Calon pembeli itu pergi dengan kesal dan pemilik toko memecat pak Benny & Mice.
Selain menciptakan hiburan tersendiri, kritik-kritik
mereka juga cukup menciptakan dampak positif yang tidak main-main. Siapa saja
yang membaca karya-karya mereka, pasti akan timbul ‘kesadaran’ tersendiri bahwa
mereka ternyata juga adalah bagian dari kritik Pak Benny, dan akhirnya
kemungkinan mereka untuk ‘berubah menjadi lebih baik’ akan semakin lebih besar.
Bayangkan, proses memperoleh ide kreatif yang begitu sederhana, tenyata bisa
berujung dampak yang begitu bisa diperhitungkan.
Satu
hal yang turut menambah daftar keunikan karya-karya Pak Benny adalah pemilihan tokoh
atau karakter yang mereka libatkan. Dalam pemilihan tokoh, mereka menggunakan
cara yang tidak biasa tetapi tetap sederhana dan pastinya kreatif. Bagaimana
caranya ? Mereka menggambar diri Pak Benny sendiri ! Ya, beliau menjadikan
'versi kartun' dari dirinya sendiri sebagai tokoh utama dalam buku-bukunya.
Begitu juga dengan Pak Misrad, beliau juga melakukan demikian. Alhasil,
dikenallah dua karakter kocak yang selalu bersama-sama, yang hingga sekarang
kita kenal sebagai Benny & Mice.
Ya begitulah ciri khas kartun Pak Benny dan Pak
Mice yang bisa kita lihat. Ada sesuatu dalam karya mereka yang jarang atau
bahkan tidak akan ditemui dalam karya-karya orang lain. Apa itu ? Yakni
bahan/materi utama yang mereka pakai adalah hal-hal yang paling dekat dengan
mereka. Ditambah lagi hal tersebut begitu tersaji dengan apiknya serta begitu
dinikmati dengan mantapnya oleh para pembaca. Inti dari ini semua, semua ide
kreatif Pak Benny didapatkan dari hal-hal apa saja yang ada dan yang terjadi di
kehidupannya. Dan hal-hal itu juga adalah fenomena yang paling dekat dengan
mereka. Dalam menggarap satu tema, Pak Benny tidak harus selalu ‘merapatkan ide’.
Ide Pak Benny bahkan tak jarang muncul secara tidak sengaja. Misalnya, saat
jalan-jalan di mal, melihat gaya berpakaian anak-anak sekolah. Dari situ dapat
memunculkan ide membuat cerita tentang fashion yang sedang digemari kalangan
anak muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar